Makam di Dukuh Karangturi yang akan tergusur proyek normalisasi Sungai Wulan
KUDUS – Proyek nasional normalisasi Sungai Wulan terus berjalan di wilayah Kabupaten Kudus, Demak, dan Jepara, Jawa Tengah. Salah satu dampak dari proyek senilai Rp1,2 triliun ini adalah pemindahan makam warga Dukuh Karangturi, Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kudus.Normalisasi Sungai Wulan sendiri bertujuan mengurangi risiko banjir dengan cara memperlebar alur, meninggikan tanggul, dan mengeruk sedimentasi sepanjang 30 kilometer. Kapasitas aliran sungai ditargetkan meningkat dari 770 m³/detik menjadi 1.300 m³/detik.
Proyek yang ditangani tiga vendor utama—PT HK-KSO, PT ADI KARYA-KSO, dan PT BRANTAS-KSO—ini ditargetkan rampung pada Agustus 2026. Untuk wilayah Kudus, pengerjaan ditangani PT BRANTAS-KSO. Salah satu titik yang terdampak adalah pemakaman umum warga Dukuh Karangturi yang terletak di tepi tanggul Sungai Wulan. Lokasi makam ini menjadi kendala teknis pengerjaan proyek karena masuk area pengerukan dan penguatan tanggul.
Kaur Kesra Desa Setrokalangan, Sentiko, mengatakan awalnya warga sempat lega karena ada kesepakatan proyek tidak akan membongkar makam atau punden di kawasan tanggul. Namun kenyataannya, posisi makam terdampak langsung pembangunan.“Setelah musyawarah, warga sepakat memindahkan makam ke lokasi baru di pinggir desa agar lebih aman sekaligus mendukung kelancaran proyek nasional ini,” ujar Sentiko, Senin (29/9).
Biaya Pemindahan Makam
Sentiko menambahkan, warga yang memiliki keluarga dimakamkan di lokasi lama bersedia memindahkan kerangka jenazah. Proses pemindahan dilakukan dengan biaya gotong royong.“Kami sepakat setiap satu kerangka dikenai biaya Rp300 ribu untuk upokoro, mulai dari pembongkaran, penggantian kain kafan, hingga pemakaman kembali. Pemindahan dilakukan bertahap mulai 31 Oktober atau 9 Jumadil Ula, mengingat jumlah jenazah ada ratusan,” jelasnya.
Warga setempat, Mukhtar, menuturkan pemakaman Dukuh Karangturi memiliki nilai sejarah karena sudah ada sejak zaman Belanda. Awalnya, lokasi itu jauh dari aliran sungai. Namun setelah Sungai Wulan dilebarkan pada masa kolonial, area pemakaman akhirnya berada tepat di tepi tanggul.“Dulu Desa Setrokalangan berupa rawa-rawa, masyarakatnya banyak yang menjadi petani dan nelayan. Jalan menuju makam pun sulit dilalui karena berlumpur. Jadi kalau sekarang dipindahkan ke lokasi lebih dekat dengan pemukiman, itu wajar dan lebih baik,” kata Mukhtar.
Rencana pemindahan makam (bedhol makam) hingga kini masih dikoordinasikan dengan pihak desa dan instansi terkait agar berjalan lancar. Warga berharap proses bisa berjalan khidmat sekaligus mendukung keberlangsungan proyek normalisasi Sungai Wulan yang dinilai sangat penting untuk mengatasi banjir di kawasan Kudus, Demak, dan Jepara. (24jam.news - Ali Bustomi SB).